Macam-macam Diksi dalam Teks Puisi: Majas, Citraan, Kata Konkret, dan Konotatif

Berikut macam macam diksi dalam teks puisi. Para penulis puisi terbaik yang telah menghasilkan banyak karya berkualitas yang mengandung macam macam diksi. Penulis puisi yang baik selalu menggunakan pilihan diksi sehingga menghasilkan karya yang indah.

Setiap kata dalam puisi dipilih dengan cermat oleh penyair dengan berbagai pertimbangan. Hal tersebut bertujuan memunculkan efek dan makna tertentu. Penyair sering menggunakan gaya bahasa (majas), pengimajian, kata konkret, dan kata konotatif untuk mendukung makna puisi yang ingin disampaikannya.

Simak macam macam diksi dalam teks puisi, mengutip Buku Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA/SMK Kelas X. HARGA Minyak Goreng 25 Januari 2024 di Superindo, Hypermart, dan Alfamart, Serbu Diskon Gajian Promo Superindo Besok 24 Januari 2024: Soklin Lantai Rp6 Ribuan, Sabun Zwitsal Diskon 40 Persen

Mengenal Macam macam Dam dalam Haji dan Umrah PROMO Alfamart Besok 24 Januari 2024: Borong Hanasui Sunscreen Seharga Rp23 Ribu, Cadbury Rp10.000 57 Ucapan Selamat Ulang Tahun Islami Barakallah Fii Umrik untuk Semua Orang, Ada untuk Kekasih! Serambinews.com

HARGA Deterjen di Alfamart Indomaret Hari Ini 24 Januari 2024 OVO Makin Hemat: Daia Jumbo Rp28.900 Soal dan Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Halaman 165, 166, 167 Kelas 10 SMA: Citraan dan Majas Puisi Survei Capres 2024 Terbaru Hari Ini Litbang Kompas dan 4 Lembaga, Paslon Terkuat di Semua Provinsi Halaman 4

Majas atau gaya bahasa merupakan bahasa kiasan yang digunakan untuk menampilkan efek tertentu bagi pembacanya. Untuk lebih memahami majas atau gaya bahasa dalam puisi, cobalah berlatih menganalisis majas dalam pembacaan teks puisi. Majas metafora: majas yang membandingkan dua obyek berbeda tetapi obyek tersebut memiliki kemiripan.

Majas personifikasi: menggunakan benda mati untuk mengungkapkan analogi perbandingan. Majas asosiasi: gaya bahasa yang membandingkan dua obyek berbeda, tetapi dianggap sama dengan memberi kiasan berupa kata sambung “bagaikan”, “seperti”, “selayaknya”, dan “bak”. Majas hiperbola: majas yang mengungkapkan sesuatu secara berlebihan hingga terdengar tidak masuk akal.

Majas alegori: majas yang membandingkan dua obyek dengan menggunakan kata kata kiasan. Majas metonimia: menggunakan sebuah merek dagang untuk menggambarkan sesuatu hal dalam kalimat. Majas Pars Pro Toto menggunakan sebagian unsur dari suatu obyek untuk menunjukkan dan menggambarkan keseluruhan bagian dari obyek tersebut.

Majas totem pro parte adalah kebalikan dari majas pars pro toto. Majas eufimisme digunakan untuk menggantikan istilah kasar atau kurang etis agar lebih terdengar halus dan sopan. Majas litotes merupakan salah satu majas pertentangan yang digunakan sebagai kiasan guna merendahkan diri.

Majas paradoks menggunakan gaya bahasa kiasan untuk membandingkan suatu fakta dengan sesuatu yang sangat berkebalikan. Majas retorika adalah berbentuk kalimat tanya. Majas aliterasi adalah salah satu jenis majas yang menggunakan pengulangan huruf konsonan pada setiap awal kata untuk memberi penegasan pada kalimat.

Majas ironi termasuk majas sindiran yang menggunakan gaya bahasa sindiran untuk menyembunyikan fakta dengan menggunakan kata kata yang bertentangan. Majas sarkasme memiliki gaya bahasa berupa sindiran yang lebih kasar. Pengimajian atau citraan merupakan kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan efek khayalan atau imajinasi pada diri pembacanya.

Pembaca seolah olah ikut merasakan, mendengar, melihat, meraba, dan mengecap sesuatu yang diungkapkan dalam puisi. Ada beberapa jenis citraan berdasarkan efek imajinasi yang ditimbulkan pada pembaca. Yaitu citraan penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, penciuman, dan citraan gerak.

Secara umum, kata konkret adalah kata yang rujukannya lebih mudah ditangkap oleh indra. Konkret dapat berarti nyata, berwujud, atau benar benar ada. Kata konotatif merupakan kata kata yang berasosiasi.

Asosiasi merupakan keterkaitan makna kata dengan hal lain di luar bahasa. Dalam hal ini, makna konotatif timbul sebagai akibat asosiasi perasaan pembaca terhadap kata yang dibaca, diucapkan, atau didengar. Artikel ini merupakan bagian dari

KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *