Consultant of Cardiac Intervention & Arrhythmia, dr Ignatius Yansen NG, Sp.JP(K), FIHA, FAsCC berikan penjelasan mengenai cara deteksi dini pada atrial fibrilasi. Atrial fibrilasi (AF) merupakan gangguan irama jantung yang ditandai dengan denyut jantung tidak beraturan dan cepat. Penderita atrial fibrilasi dapat merasakan gejala seperti lemas, jantung berdebar, hingga sesak napas.
Pasalnya, denyut jantung yang normal berkisar antara 60 100 kali per menit dengan irama yang teratur. Namun, pada penderita atrial fibrilasi, irama jantung menjadi tidak teratur dan bisa lebih dari 100 kali per menit. Atrial fibrilasi (AF) ini adalah salah satu jenis dari aritmia atau gangguan irama jantung.
Gejala dari AF bisa hilang timbul, berlangsung lama, atau bahkan permanen. Setelah Lakukan Pengobatan, Apakah Atrial Fibrilasi Bisa Kambuh Kembali? Dokter Berikan Tanggapan Mengenal 2 Metode Pengobatan Atrial Fibrilasi, Gangguan Irama Jantung
CARA MUDAH Deteksi Dini Permasalahan Mata Guna Hindari Gangguan Penglihatan Calon Pemenang Pilpres 2024 Mulai Terlihat Jelang Pencoblosan, 6 Hasil Survei Elektabilitas Terbaru Halaman 4 Timnas Indonesia vs Thailand Semifinal Piala AFF U23, Dejavu Final SEA Games Jadi Modal Penting!
Hasil Timnas Indonesia vs Thailand Piala AFF U23, Asa Garuda Lawan Vietnam di Partai Final Idham Mase Kekeuh Cerai dengan Catherine Wilson, Kecewa Keket Tak Mundur dari Caleg, Rebutan Suara Halaman 3 Jika kondisi ini dibairkan, atrial fibrilasi bisa mengakibatkan stroke dan gagal jantung.
Sebelum mengalami hal tersebut, ada baiknya kita lebih memperhatikan kesehatan jantung kita dengan cara melakukan deteksi dini. Dilansir dari kanal YouTube Kompas Tv , Consultant of Cardiac Intervention & Arrhythmia, dr Ignatius Yansen NG, Sp.JP(K), FIHA, FAsCC jelaskan mengenai cara deteksi dini atrial fibrilasi. Untuk melakukan deteksi dini pada atrial fibrilasi, Anda dapat menggunakan smart watch.
Pasalnya, smart watch memiliki fitur untuk mendeteksi denyut jantung, jika denyut jantung tidak beraturan, biasanya smart watch tersebut akan memberikan peringatan. Sehingga, Anda akan lebih aware terhadap kesehatan jantung Anda. "Beberapa pasien saya menggunakan smart watch untuk mendeteksi denyut jantung dan ia bilang bahwa ia tidak memiliki gangguan irama jantung karena ia dapat mendeteksinya dengan menggunakan smart watch."
"Jadi mereka tahu, apakah mereka memiliki gangguan irama jantung atau tidak," papar dr Ignatius Yansen. Langkah kedua untuk melakukan deteksi dini pada atrial fibrilasi adalah dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah. Menurut dr Ignatius Yansen, saat pemeriksaan tekanan darah, ada yang namanya sistolik, diastolik, dan juga ada pendeteksi nadi.
Melalui pemeriksaan tersebut, Anda dapat melakukan deteksi apakah denyut jantung berdenyut normal atau mengalami aritmia (gangguan irama jantung). Langkah ketiga yang disarankan oleh dr Ignatius Yansen untuk mendeteksi adanya atrial fibrilasi atau tidak adalah dengan MENARI. MENARI adalah meraba nadi sendiri, Anda diminta untuk meraba nadi sendiri untuk mengetahui apakah Anda mempunyai nadi yang teratur atau tidak, dan untuk mengetahui apakah nadi tersebut loncat loncat atau tidak.
"Ada banyak faktor dan banyak alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi aritmia, termasuk yang paling sederhana dengan MENARI, memeriksa nadi sendiri," terang dr Ignatius Yansen. Dr Ignatius Yansen menjelaskan, atrial fibrilasi sendiri dibagi menjadi dua jenis, yaitu stadium awal dan stadium lanjutan. Untuk penderita atrial fibrilasi stadium awal, kondisi ini masih bisa disebuhkan dengan cara mencari sumber korslet listrik pada jantung.
Namun, untuk penderita atrial fibrilasi stadium lanjutan, kondisi ini tidak bisa melakukan tindakan terapi atau tidak bisa disembuhkan. "Kalau stadium awal masih bisa disembuhkan. Artinya pasien tersebut kita cari sumber korslet listrik jantungnya." "Kemudian dibenarkan agar pasien tidak menderita AF atau atrial fibrilasi lagi, sehingga pasien tidak perlu minum obat lagi," jelas dr Ignatius Yansen.
"Tapi kalau sudah stadium lanjut, korslet atau kekacauan listrik sudah permanen. Pasien dengan kondisi ini tidak bisa melakukan tindakan seperti terapi atau disembuhkan." "Artinya pasien atau dokternya harus berdamai, pasien tersebut menderita AF dan harus minum obat seumur hidup." "Atrial fibrilasi meningkatkan risiko stroke 5 kali sampai 6 kali daripada pasien yang tidak menderita atrial fibrilasi."
"Itulah pentingnya kita menyadari, mendeteksi dini apakah kita menderita gangguan irama jantung atau tidak, terutama atrial fibrilasi ini," lanjut dr Ignatius Yansen. Penjelasan tersebut disampaikan oleh Consultant of Cardiac Intervention & Arrhythmia, dr. Ignatius Yansen NG, Sp.JP(K), FIHA, FAsCC dalam tayangan YouTube Kompas TV program Bincang Sehat. Baca berita lain seputar kesehatan
Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.