Aliansi Rapuh AS di Laut Merah, Anggota NATO Ogah-ogahan Diajak Perang Lawan Houthi Yaman

Amerika Serikat (AS) mengklaim, jumlah negara yang bersedia bergabung ke dalam satuan tugas (Satgas) Maritim di Laut Merah, bertambah. Meski begitu, aliansi yang dibangun AS ini dilaporkan cenderung rapuh, sikap ogah ogahan datang dari sejumlah negara termasuk dari anggota NATO, sekutu terdekat AS. Klaim Washington pada Kamis (21/12/2023) menyatakan, kini sudah ada lebih dari 20 negara menyatakan setuju untuk bergabung dengan gugus tugas angkatan laut melawan angkatan bersenjata Yaman dan kelompok Ansarallah Houthi di Laut Merah.

“Saat ini ada lebih dari 20 negara yang mendaftar untuk berpartisipasi,” kalaim Sekretaris Pers Pentagon, Mayor Jenderal Pat Ryder dalam pengumuman, Kamis. “Kami akan mengizinkan negara negara lain (ikut), mengikuti kemampuan mereka berpartisipasi,” kata dia. Ryder menyebut gugus tugas tersebut sebagai “koalisi yang berkeinginan (atas kehendak sendiri tanpa tekanan),”.

Dia juga menambahkan kalau setiap negara yang bergabung akan berkontribusi sesuai kemampuan masing masing. RAMALAN ZODIAK Bulan Februari 2024: Cancer Finansial Membaik, Scorpio si Workaholic Belasan Pelajar SMP Kocar kacir Kalah Tawuran di Indramayu, Panik Sampai Tersesat, Diamankan Polisi

Arsenal Masih Bisa Melakukan Lima Kesepakatan Hari Ini Meski Batas Waktu Transfer Sudah Lewat Turunnya Harga HP iPhone 13 Pro Max Wajib Dimanfaatkan, Performanya Sangat Layak Diandalkan Seorang Pria di Pemangkat Ditangkap Polisi Atas Dugaan Pengedaran Narkoba, 56,19 Gram Sabu Diamankan

Harga HP Samsung A54 5G Makin Terjangkau di Februari 2024, Hp Spek Cadas Kebanggaan Reviewer Idham Mase Kekeuh Cerai dengan Catherine Wilson, Kecewa Keket Tak Mundur dari Caleg, Rebutan Suara Halaman 3 "Dalam beberapa kasus, hal itu (kontribusi) akan mencakup kapal (pengerahan). Dalam kasus lain, hal itu dapat mencakup (pengerahan) staf atau jenis dukungan lainnya," katanya merinci bentuk kontribusi masing masing negara anggota Satgas Maritim Laut Merah bentukan AS.

Yunani dan Australia dilaporkan menjadi tambahan terbaru dalam gugus tugas angkatan laut dengan nama “Operation Prosperity Guardian” ini. Sementara Canberra dan Athena mengkonfirmasi gabungnya mereka, Reuters melaporkan, setidaknya delapan negara lain meminta agar tidak disebutkan namanya “sebagai tanda sensitivitas politik dalam operasi tersebut.” Setelah meluncurkan gugus tugas tersebut, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan Operation Prosperity Guardian akan mendapat dukungan militer dari Inggris, Bahrain, Kanada, Prancis, Italia, Belanda, Norwegia, Seychelles, dan Spanyol.

Namun, keterlibatan penuh beberapa mitra Washington di NATO masih diragukan, khususnya Spanyol. Madrid masih dalam zona abu abu selama seminggu terakhir soal kepastian mereka bergabung atau tidak. Pada 19 Desember, para pejabat Spanyol sudah mengkonfirmasi dukungan untuk melindungi kapal kapal terkait Israel yang transit di Laut Merah.

Hal itu sebagai bagian dari partisipasi mereka dalam “Operasi Atalanta,” nama baru untuk Angkatan Laut Uni Eropa (EU NAVFOR) Somalia – sebuah operasi militer anti pembajakan di lepas pantai Somalia di wilayah Tanduk Afrika dan di Samudera Hindia Bagian Barat. Hal ini juga dibenarkan oleh komandan Operasi Atalanta saat ini, Wakil Laksamana Spanyol Ignacio Villanueva Serrano, yang melalui media sosial menyatakan dukungannya kepada Penjaga Kemakmuran. Namun, unggahan media sosial itu kini sudah dihapus.

Meskipun ada konfirmasi awal, laporan media lokal pada 20 Desember mengutip sumber militer, mengatakan kalau Spanyol belum membuat keputusan untuk memobilisasi kapal lagi di dekat Selat Bab al Mandab. Satu satunya kapal yang berkomitmen pada aliansi baru pimpinan AS itu disebutkan adalah cuma kapal fregat Victoria. Kapal ini dikerahkan untuk membantu sebuah kapal kargo Bulgaria yang dibajak perompak seminggu yang lalu.

Mendukung laporan ini, pada Rabu, cabang utama angkatan bersenjata Spanyol mengatakan melalui media sosial bahwa, "Keputusan Madrid untuk “kemungkinan ikut berpartisipasi” dalam Prosperity Guardian akan diambil setelah “mempertimbangkan semua keadaan.… dalam kerangka UE.” Yang memperumit masalah, pada Kamis, Europa Press melaporkan kalau perwakilan Spanyol di UE “menghalangi” keputusan Brussel untuk “berkontribusi” pada operasi angkatan laut Washington. Media yang bermarkas di Madrid tersebut mengutip “alasan politik” atas penolakan tersebut, dan menggambarkan penolakan terhadap kepala urusan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell sebagai tindakan yang “keras dan politis.”

Meski demikian, para pejabat UE mengatakan kepada wartawan bahwa misi Laut Merah “tidak akan berubah.” “Atalanta tidak akan menjadi bagian dari operasi AS, namun tentu saja kedua misi tersebut akan memiliki tujuan yang sama, yang akan menguntungkan semua orang,” kata sumber Uni Eropa kepada Europa Press . Perubahan haluan Spanyol yang tiba tiba dilaporkan terkait ketidaksenangan Kongres Deputi – yang dipimpin oleh Partai Pekerja Sosialis – soal pengumuman Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin yang secara sepihak menyakan Madrid akan mengambil bagian dalam aliansi pro Israel.

Negara negara UE lainnya juga menunjukkan tingkat kekhawatiran yang berbeda beda dalam mendukung tindakan militer AS terhadap Yaman. Banyak negara UE menyadari ancaman meningkatnya ketegangan dengan kelompok kelompok yang mendukung warga Palestina di Gaza di dalam negeri mereka. Inggris menawarkan untuk mengerahkan kapal perusak HMS Diamond, sementara negara negara seperti Belanda dan Norwegia menegaskan kalau hanya perwira angkatan laut yang akan berpartisipasi dalam Operation Prosperity Guardian.

Kementerian Pertahanan Italia mengatakan pada Selasa, salah satu fregatnya akan bergabung dengan aliansi barat “untuk melawan aktivitas destabilisasi teroris [Ansarallah].” Namun, Roma menegaskan hal ini akan dianggap sebagai bagian dari operasi angkatan laut Uni Eropa yang sudah ada, bukan Prosperity Guardian. Kementerian Pertahanan Prancis juga mengumumkan dukungan terhadap upaya yang dipimpin AS namun mengklarifikasi bahwa kapal kapalnya akan tetap berada di bawah komando Prancis.

Paris tidak mengonfirmasi apakah pihaknya akan mengerahkan lebih banyak kapal ke wilayah tersebut atau tidak. Aliansi rapuh Pentagon juga menghadapi penolakan di dunia Arab, karena di antara mitra Washington di Teluk termasuk Arab Saudi dan UEA, hanya Bahrain yang secara terbuka disebutkan sebagai peserta. Pemerintah yang terkait dengan Ansarallah di Sanaa baru baru ini mengancam akan menyerang semua ladang minyak Saudi dan Emirat jika Riyadh dan Abu Dhabi memutuskan untuk mengambil bagian dalam aliansi pro Israel.

Meskipun demikian, AS telah mendorong Arab Saudi untuk meninggalkan perjanjian damai dengan Yaman, yang telah berjalan selama 18 bulan terakhir. Laporan media Arab mengklaim Washington memberikan tekanan pada kerajaan tersebut untuk menunda perjanjian tersebut dan menghadapi Yaman sebagai bagian dari Operasi Penjaga Kemakmuran. Namun, Arab Saudi disebut “enggan” melakukan hal tersebut.

The Guardian melaporkan pada 17 Desember bahwa UEA termasuk di antara beberapa negara Arab lainnya yang diyakini Pentagon akan bergabung dengan gugus tugas tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *